MAKASSAR.BASARNAS.GO.ID - Sebagai UPT dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Kantor Basarnas Makassar menjadi perpanjangan tangan Pemerintah untuk melakukan pelaksanaan pelayanan jasa sar (pencarian dan pertolongan) kepada masyarakat yang berada di wilayah Sulawesi Selatan.
Secara topografi, wilayah kerja Basarnas Makassar yang meliputi Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten/kota dengan 263 pulau yang memiliki luas wilayah perairan dilalui jalur ALKI II (Alur Laut Kepulauan Indonesia), memiliki 7 gunung yang jadi jalur pendakian, dan memiliki garis pantai sepanjang 1.937 kilometer yang potensial dijadikan lokasi wisata.
Selain itu, sebagai gerbang timur Indonesia yang memiliki Bandara Internasional Sultan Hasanuddin serta bandar udara di beberapa wilayah tersebar kabupaten/kota, menambah tingkat kerawanan terjadinya kecelakaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab Basarnas.
Karenanya, selama 2022 Kantor Basarnas Makassar telah menerima laporan dan menindak lanjuti dengan aksi pelaksanaan operasi sar sebanyak 91 kejadian.
Adapun kejadiannya, yakni kecelakaan pesawat sebanyak 1 kejadian berupa penerbangan yang 'return to base" karena mengalami kendala mesin. Sebanyak 177 penumpang beserta awak pesawat berhasil mendarat dalam kondisi selamat.
Sementara itu, ada sebanyak 33 kecelakaan kapal berupa kapal mati mesin, kapal tenggelam, orang terjatuh dari kapal (MOB), hilang kontak, dan kendala lain yang dihadapi dan sempat dilaporkan ke Basarnas untuk dilakukan pencarian dan atau pertolongan. Ada sebanyak 173 orang yang berhasil dievakuasi selamat, sementara 10 orang ditemukan meninggal dunia dan ada sebanyak 27 orang yang dinyatakan hilang setelah dilakukan pencarian hingga hari kesepuluh. Peristiwa kecelakaan kapal yang terbesar adalah KM Ladang Pertiwi yang tenggelam di perairan Pulau Pamantauang, Pangkep.
Kejadian lainnya adalah bencana alam yang diakibatkan oleh cuaca yang mengarah ekstrem di beberapa wilayah Sulsel. Kondisi curah hujan dengan intensitas tinggi beberapa kali mengakibatkan banjir hingga warga harus dievakuasi. Ada 7 kejadian bencana alam yang membutuhkan jasa sar. Beruntungnya untuk banjir, petugas bersama potensi sar bisa sigap membantu proses evakuasi hingga tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya saja, bencana tanah longsor mengakibatkan korban jiwa yang terjadi di Rumbia Jeneponto, Poros Malino Gowa, dan Poros Maros-Bone tepatnya daerah Cenrana. Secara keseluruhan, ada sekitar 919 orang yang dievakuasi selamat akibat bencana alam, 16 orang ditemukan meninggal dunia, dan 4 orang dinyatakan hilang.
Terakhir kondisi membahayakan manusia menjadi peristiwa yang masih paling banyak ditangani dari laporan masyarakat. Ada 50 kejadian berupa orang tenggelam di tempat wisata sepeti air terjun, sungai, dan pantai. Selain itu, juga ada pendaki atau warga yang tersesat di gunung/hutan. Adapun jumlah korban yang ditemukan selamat sebanyak 10 orang, 43 orang meninggal dunia, dan 2 lainnya dinyatakan hilang.
Semua kejadian ini tentunya terjadi ada yang di luar kehendak manusia, tapi ada juga yang disebabkan adanya unsur kelalaian. Khusus kecelakaan kapal, dari analisas tim di lapangan, masih banyak kapal-kapal tradisional yang berlayar tanpa dilengkapi alat keselamatan diri berupa pelampung dan radio komunikasi untuk melaporkan keadaan jika terjadi kondisi darurat.
Padahal, aktifitas di perairan memiliki risiko tinggi. Sudah seharusnya upaya untuk mencegah terjadinya potensi mortalitas dengan melengkapi pelampung sebagai alat keselamatan diri jika kapal terbalik atau tenggelam, juga ada radio komunikasi untuk melaporkan kondisi kapalnya jika terjadi kendala di tengah laut.
Begitupun juga dengan warga yang berwisata di sekitar pantai, air terjun atau sungai. Kita harus sangat berhati-hati untuk mengukur
kondisi air, arus atau gelombang yang mungkin ada. Menghindari potensi bahaya akan bisa menyelamatkan diri untuk tidak menjadi korban.
Upaya-upaya yang kita lakukan sudah seharusnya mengarah pada kedewasaan untuk meminimalkan segala risiko yang potensial terjadi.
Tentu, Basarnas dengan tugasnya memberikan layanan jasa sar akan sangat senang jika personelnya hanya terus berlatih saja tanpa perlu melakukan pencarian dan atau pertolongan. Atau setidaknya, melakukan pencarian dan pertolongan dengan hasil dapat menemukan korban dengan selamat.
Semoga tahun-tahun akan datang, masyarakat makin dewasa memperhatikan keselamatan diri, baik nelayan yang akan berlayar, warga yang akan menyeberang pulau, berwisata, atau hendak melaktd2vulan pendakian ke gunung/hutan menjadikan keselamatan diri sebagai hal pertama yang disiapkan. Kita berharap kejadian yang membutuhkan layanan sar minim dan jumlah korban berkurang.